Indonesia yang kaya sumber daya ingin mengembangkan industri pengolahan mineral dalam negeri dibandingkan mengekspor mineral mentah. Sejak larangan ekspor nikel mentah pada bulan Januari 2020 telah berhasil menarik investasi besar-besaran di pabrik pengolahan nikel.
Indonesia tahun lalu melarang ekspor bauksit, bahan mentah aluminium, dengan harapan bisa mengikuti kesuksesan nikel.
“Kebutuhan aluminium dalam negeri sebanyak 1,2 juta ton, 56% di antaranya diimpor jika bahan bakunya tersedia. Kalau semua ini selesai, impor bisa kita hentikan,” kata Presiden yang akrab disapa Presiden itu dalam sambutannya.
Menurut Hendi Prio Santoso, CEO MIND ID, perusahaan induk Inalum dan Antam, perusahaan berencana menambah kapasitas produksi pabrik sebanyak 1 juta ton dan membangun pabrik aluminium untuk memproses lebih lanjut produksi alumina.
Tahap kedua dari pabrik alumina akan menelan biaya investasi sekitar $900 juta, sedangkan pabrik aluminium di masa depan diperkirakan menelan biaya $2 miliar, tambah Hendy.
(Bernadette Cristina, Stanley Vidianto dan Francisca Nangoi; Penyuntingan oleh Christian Schmollinger, Rashmi Aich dan Mrigank Taiwala)
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Indonesia mendesak Australia dan negara-negara Asia Timur untuk mengakui Palestina
Indonesia mengancam akan melarang Apple iPhone 16
Raksasa teknologi Indonesia lebih memilih Malaysia sebagai pusat datanya, kata menteri