Kredit foto: Garuda Indonesia
Indonesia pada hari Jumat menerbangkan pesawat komersial pertamanya menggunakan bahan bakar jet yang dicampur dengan minyak sawit, seiring dengan upaya produsen komoditas terbesar di dunia untuk mendorong penggunaan biofuel yang lebih luas untuk mengurangi impor bahan bakar.
Dioperasikan oleh maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia, penerbangan Boeing 737-800NG itu membawa lebih dari 100 penumpang ke Surakarta, sekitar 550 kilometer dari ibu kota Jakarta, kata CEO Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.
“Kami akan berdiskusi lebih lanjut dengan Pertamina, Kementerian Energi, dan pihak lain untuk memastikan bahan bakar ini wajar secara komersial,” kata Irfan saat upacara seraya menambahkan bahwa pesawat akan kembali ke Jakarta pada Jumat malam.
Garuda melakukan beberapa uji bahan bakar baru tersebut awal bulan ini, termasuk uji terbang dan uji darat mesin pada bulan Agustus.
Campuran bahan bakar jet minyak sawit
Bahan bakar jet yang dicampur dengan minyak sawit diproduksi oleh perusahaan energi negara Indonesia PTPertamina Terbuat dari minyak inti sawit yang diputihkan dan dihilangkan baunya menggunakan teknologi ester terhidroproses dan asam lemak (HEFA) di kilang Cilacap.
Pertamina mengatakan bahan bakar berbasis kelapa sawit mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan atmosfer dibandingkan dengan bahan bakar fosil, dan negara-negara penghasil minyak kelapa sawit telah menyerukan agar minyak nabati dimasukkan sebagai bahan baku untuk produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF).
“Pada tahun 2021, Pertamina berhasil memproduksi 2,0 SAF dengan menggunakan teknologi co-processing di unit Cilacap dan terbuat dari minyak inti sawit olahan bleached deodorized dengan kapasitas produksi 1.350 kiloliter per hari,” kata Alfian Nasushan, Direktur Utama Pertamina.
Sementara itu, Haris Yahya, Direktur Kementerian Energi, mengatakan penggunaan biofuel akan mengurangi efek rumah kaca.
Industri penerbangan, yang merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, sedang mencari cara untuk mengurangi jejak karbonnya dengan menggunakan bahan bakar alternatif.
Para ahli mengatakan industri ini akan membutuhkan 450 miliar liter SAF per tahun pada tahun 2050 jika bahan bakar menyumbang 65 persen dari mitigasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan net-zero.
Namun beberapa negara telah menyatakan kekhawatirannya mengenai potensi deforestasi dalam produksi minyak sawit dari perkebunan.
Uni Eropa telah memberlakukan pembatasan impor barang.
Pada tahun 2021, Indonesia melakukan uji terbang dengan bahan bakar yang sama pada pesawat buatan Indonesia yang terbang dari kota Bandung di Jawa Barat menuju ibu kota Jakarta.
Indonesia telah mengamanatkan campuran biofuel sebesar 3 persen untuk bahan bakar jet pada tahun 2020, namun implementasinya tertunda.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters