Lin Gang, wakil walikota Guiyang, mengatakan bus itu membawa 45 warga dari Guiyang, ibu kota provinsi, ke Kabupaten Libo, sebuah kota pegunungan terpencil 155 mil jauhnya, untuk dikarantina. Bus meninggalkan Guiyang pada pukul 12:10 (12:10 pada hari Sabtu ET) dan terbalik di jalan raya pada pukul 2:40 pagi.
Lin mengatakan penyebab kecelakaan itu masih dalam penyelidikan.
Masih belum jelas mengapa bus karantina berangkat setelah tengah malam untuk membawa orang ke kota lain untuk karantina. Peraturan transportasi China melarang pengoperasian bus penumpang jarak jauh antara pukul 02.00 dan 05.00.
Pemerintah setempat menghadapi tekanan untuk mencapai tujuan “nol Covid”. Kota telah menyiapkan 20 bus dan 40 sopir bus untuk mengangkut kontak dekat pasien COVID ke kota lain, Guiyang Evening Daily melaporkan pada hari Sabtu.
Pada hari Sabtu, kota itu telah memindahkan lebih dari 7.000 orang ke kota-kota lain, dan hampir 3.000 lainnya menunggu untuk dipindahkan dari Guiyang.
Berita kematian itu memicu kecaman besar-besaran di media sosial China, dengan banyak yang mempertanyakan kebijakan larangan Covid-19 yang semakin ketat di negara itu.
Beberapa postingan insiden yang diterbitkan oleh media pemerintah mencegah orang berkomentar, dan hasil pencarian untuk Guizhou di media sosial China tampaknya telah disaring.
“Penggemar bir. Sarjana budaya pop yang setia. Ninja kopi. Penggemar zombie jahat. Penyelenggara.”
More Stories
Trump menggunakan klip ‘Full Metal Jacket’ untuk menunjukkan militer yang ideal
Taiwan mengutuk latihan militer Tiongkok di sekitar pulau itu, dan menyebutnya sebagai “provokasi yang tidak masuk akal.”
4 tentara tewas dan 61 luka-luka dalam serangan drone Hizbullah di pangkalan militer Israel