Oktober 9, 2024

Bejagadget

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta Beja Gadget, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta yang diperbarui.

Indonesia akan mengumpulkan sampah plastik tiga kali lebih banyak pada tahun 2030

Gambar Konten - Posting Phnom Penh

B.D. Pekerja berbaris botol PET di pabrik daur ulang limbah milik 3D Oasis Group. Industri limbah Indonesia terutama bergantung pada pengumpulan kertas pemrosesan di plastik dan pabrik daur ulang yang dapat mendaur ulang sampah informal. PT TRIDI OASIS GROUP / The Jakarta Post

Pemerintah Indonesia bertujuan untuk melipatgandakan kapasitas negara dalam mengumpulkan sampah plastik dekade ini, bekerja untuk mengatasi hambatan utama bagi pertumbuhan industri daur ulang dan untuk memenuhi komitmennya untuk mengurangi limbah.

Pada 7 Juli, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merilis model rencana 10 tahun dari pertumbuhan tahunan 10 persen dalam kapasitas pengumpulan sampah plastik negara itu untuk memenuhi target 4,29 juta ton pada tahun 2030.

Nowrisal Tahar, direktur teknologi pengelolaan sampah yang merupakan tulang punggung industri sampah Indonesia, mengatakan akan meningkatkan kapasitas pengumpulan sampah melalui mekanisme seperti menciptakan lebih banyak bank sampah, mendirikan lebih banyak tempat sampah daur ulang, berkolaborasi dengan start-up teknologi pengelolaan sampah dan meningkatkan pengumpul sampah.

“Delapan puluh persen rantai pasok masih di sektor informal. Kerja sama untuk meningkatkan efisiensinya [technology] Startup diperlukan, ”kata Novrisel dalam wawancara virtual dengan Business.com.

Presentasi Nowsrell juga menunjukkan bahwa pemerintah telah menetapkan tujuan 2030 untuk mengakhiri impor limbah plastik dengan meningkatkan pengumpulan limbah konsumen domestik dibandingkan dengan limbah industri. Sejalan dengan tujuan ini, Kementerian Lingkungan Hidup bertujuan untuk meningkatkan pengumpulan limbah konsumen domestik menjadi 1,74 juta ton pada tahun 2023.

Kementerian meningkatkan jumlah keuangannya untuk mengurangi pajak pertambahan nilai (PPN) pada produk plastik daur ulang dari 10 persen menjadi dua persen untuk meningkatkan daya saing mereka.

Indonesia, salah satu penghasil sampah terbesar di dunia, telah menetapkan visi yang berani sebagai praktik bisnis untuk mengurangi sampah sebesar 30 persen dalam Peraturan Presiden No. 97/2017 dan 70 persen pada sampah plastik laut pada tahun 2025.

READ  Musim kemarau di Indonesia akan lebih pendek tahun ini, kata Met Office

Perusahaan daur ulang di Indonesia mengandalkan jaringan perantara dan pengumpul sampah informal untuk mengumpulkan plastik dan kertas yang dapat didaur ulang. Perusahaan telah menyatakan sistem informal tidak dapat diandalkan dan tidak efisien, dan ini telah meningkatkan biaya produksi dan pertumbuhan yang terbatas.

Christine Halim, presiden Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (AUDP), mengatakan pada 7 Juli bahwa “industri kami sangat rendah bahan baku dan produk lokal hanya mencapai 50 persen dari kapasitas kami.”

Indonesia diperkirakan akan menghasilkan 70,8 juta ton sampah tahunan pada tahun 2025 jika mempertahankan kecepatannya saat ini. Berdasarkan peraturan presiden 2017, pemerintah bertujuan untuk mengurangi 30 persen (20,9 juta ton) sampah negara, menyisakan 70 persen (49,9 juta ton) untuk didaur ulang dan diolah melalui metode pengolahan sampah lainnya.

Banyak raksasa konsumen telah membangun pabrik daur ulang plastik baru tahun ini. Diantaranya adalah Danon-AQA yang bulan lalu membuka pabrik daur ulang baru di Pasuruan, Jawa Timur dan Coca-Cola Amat yang grounding pada April di pabrik daur ulang di Pekasi, Jawa Barat.

Awal bulan ini, Indorama Ventures yang berbasis di Bangkok mengumumkan rencana untuk membuka fasilitas daur ulang plastik baru di Karawang, Jawa Barat pada tahun 2023.

Christine dari Adupi mengatakan masuknya perusahaan konsumen global ke sektor daur ulang Indonesia akan meningkatkan persaingan bahan baku di dalam negeri, sehingga menaikkan harga.

“Dengan kedatangan mereka [large multinationals]“Saya berharap sampah plastik lokal menjadi lebih mahal daripada impor,” katanya.

Sampah plastik impor berharga antara $200 dan $300 per ton, sedangkan sampah lokal berharga $7.000-7.500 (48,48-0,52) per kilo atau $515 per ton.

Inisiatif pengelolaan sampah juga muncul untuk mengatasi masalah sampah negara, seperti Yayasan Gringo Indonesia, pengelolaan sampah gurita dan konversi sampah 4.

READ  Indonesia: Perubahan bea masuk, bea materai, barang terlarang dan telekomunikasi

Bijaxana Junerosano, CEO Waste4Change, mengatakan bahwa kemitraan dan kemitraan publik-swasta sangat penting untuk merangsang pertumbuhan industri.

Startup ini telah menetapkan target untuk memproses 300 ton sampah plastik per hari, tetapi menghadapi tantangan dalam berkolaborasi dengan pemerintah daerah yang bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan pengelolaan sampah lokal.

Orang bijak berkata: “[Regional administrations] Perlu dicatat bahwa kemitraan dengan perusahaan swasta penting untuk meningkatkan efisiensi dalam pengangkutan dan pengolahan sampah. ”

Jakarta Post / Jaringan Berita Asia